Advertisement

Promo November

Belajar dari Kecelakaan Bukit Bego Bantul, Ini yang Tak Boleh Dilakukan Pengemudi di Jalan Menurun

Bayu Jatmiko Adi
Kamis, 10 Februari 2022 - 17:07 WIB
Budi Cahyana
Belajar dari Kecelakaan Bukit Bego Bantul, Ini yang Tak Boleh Dilakukan Pengemudi di Jalan Menurun Bus pariwisata yang menabrak Bukit Bego, Bantul, Minggu (6/2/2022). - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, SOLO—Kecelakaan di Bukit Bego Bantul yang merenggut 13 nyawa memberi pelajaran penting dalam keselamatan berkendara, salah satunya memperhatikan hal yang tak boleh dilakukan saat kita mengemudi di jalan menurun.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT  menduga ada kesalahan dalam perpindahan gigi saat bus melaju cepat di jalan menurun dan menikung di Bukit Bego pada Minggu (6/2/2022).

Advertisement

BACA JUGA: Cara Atasi Rem Tangan Macet

Menurut data KNKT, lebih dari 80% kecelakaan bus dan truk di jalan menurun disebabkan karena penggunaan gigi tinggi. Plt. Kepala Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan, saat ditemui di Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Solo, Selasa (8/2/2022), mengatakan penyebab kecelakaan seperti di Bukit Bego Bantul kebanyakan bukan karena malfungsi kendaraan, tetapi penggunaan gigi tinggi di jalan menurun.

Dia menjelaskan berdasarkan investigasi yang dilakukan KNKT beberapa hari terakhir, melalui keterangan saksi, pengemudi bus sempat kesulitan mengerem, kemudian memindahkan perseneling dari gigi 3 ke gigi 2.

“Itu tidak mungkin terjadi. Sebab pasti akan masuk gigi netral. Karena tidak ada otomotif mana pun saat kecepatan tinggi bisa berpindah gigi. Tidak bisa memindahkan gigi dari 3 ke 2, 4 ke 3,  dan sebagainya, pasti akan masuk netral. Kalau mau menurunkan gigi seharusnya sebelum turunan. Pada saat turun tidak mungkin gigi bisa dipindah," kata dia.

Dalam posisi gigi netral, laju kendaraan akan lebih cepat. Sebab, kendaraan yang meluncur di jalan menurun bukan didorong putaran mesin tapi oleh gaya grafitasi. Tanpa digas pun, kendaraan akan melaju dengan kecepatan tinggi di jalan menurun.

Menurut penyelidikan KNKT dalam kecelakaan di Bukit Bego Bantul, saat kecelakaan terjadi, pengemudi belum sempat menarik hand brake atau rem tangan. “Kenapa tidak ditarik, mungkin panik. Saya tidak bisa tanya karena pengemudi sudah meninggal. Faktanya hand brake belum tertarik,” ujar dia.

Menurutnya, pada kecelakaan di Bantul, sistem rem bus yang menabrak tebing Bukit Bego bermasalah, tapi bukan dadi sisi teknik. Namun, masalahnya ada pada tekanan angin yang tekor. Angin tekor bukan karena rem tidak berfungsi, melainkan karena penggunaan. Dia pun menyarankan kepada para pengemudi truk maupun bus agar saat berada di jalan menurun tidak menggunakan pedal rem untuk mengurangi kecepatan. Di jalan menurun, sopir lebih disarankan menggunakan tuas engine brake dan exhaust brake.

Selain itu, sopir tidak boleh menggunakan gigi tinggi di jalanan menurun.

“Semakin tinggi tempat, semakin besar gaya dorong. Meskipun pakai gigi tiga, kecepatan bisa mencapai 80 [km/jam]. Saya sudah mencoba sendiri. Saya pakai kendaraan, saat ada kecelakaan di Sumedang. Saya dari atas ke bawah, pakai gigi 2, tanpa menginjak gas, kecepatan sampai 70 [km/jam]. Jalur di Sumedang dengan di sini [Bantul], tinggi yang di Bantul,” kata dia.

Wildan kemudian menjelaskan mengenai sistem kerja rem dan bagaimana pengaruhnya terhadap kecelakaan di Bukit Bego maupun di Balikpapan.

“Saat mengegas, rem mengisi angin. Saat mengerem, rem membuang angin. Jadi saat kendaraan berjalan menurun, tidak punya kesempatan mengisi angin karena tidak mungkin mengegas,” jelas dia.

BACA JUGA: Tips Hadapi Rem Blong di Jalan Menurun

Ketika kendaraan berjalan di jalan menurun dan pengemudi terus mengerem, angin akan terus dibuang. Dia mengatakan ambang batas tekanan angin pada rem adalah 6 bar. “Ketika di posisi di bawah ambang batas, pengemudi tidak akan bisa mengerem. Kasus ini sama persis seperti di simpang Rapak Balikpapan. Sopir di Balikpapan mengatakan tekanan anginnya pada 5 bar dan dia tidak bisa ngerem lagi,” lanjut Wildan.

Kecelakaan di Balikpapan terjadi pada Jumat pagi, 21 Januari 2022. Truk tronton yang memuat 20 ton kapur pembersih menabrak enam mobil dan 14 sepeda motor di perempatan Muara Rapak. Empat orang tewas dalam kejadian tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Liga 1 PSS Vs PSBS 0-1, Super Elang Jawa Gagal Jinakkan Badai Pasifik

Sepakbola
| Jum'at, 22 November 2024, 18:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement