Advertisement
Ingat Suzuki Karimun Kotak? Ternyata Nyari Ada Versi Kencangnya
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Bicara soal Suzuki Karimun generasi pertama atau Karimun kotak tentu saja tak bisa dipisahkan dari sosok Soebronto Laras. Pria yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama PT Indomobil Sukses Internasional itu merupakan sosok dibalik hadirnya city car tersebut pada 1999.
Kala itu, Soebronto masih menjabat sebagai Presiden Direktur PT Indomobil Suzuki Internasional yang saat ini namanya berubah menjadi PT Suzuki Indomobil Motor. Tentu saja, semua keputusan terkait dengan seluruh produk Suzuki di Tanah Air berada di tangannya pada masa itu.
Advertisement
Menurut Soebronto, Karimun kotak merupakan versi lokal dari Wagon R Wide atau versi non-kei car dari Wagon R. Mobil tersebut pertama kali diperkenalkan di Jepang pada 1993 yang kemudian dipasarkan ke banyak negara di dunia dengan nama Wagon R+.
Selain itu, Wagon R Wide atau Wagon R+ juga di-rebadge dijual mobil ini dengan merek dan nama berbeda. Mobil ini di Kolombia di-rebadge menjadi Chevrolet Wagon R+ dan Changhe Beidouxing di China.
Di Indonesia, city car dengan bentuk mengotak itu kerap dianggap sebagai mobil yang kurang bertenaga. Hal tersebut tak terlepas dari mesinnya yang hanya berkapasitas 970 cc.
Mesin yang digunakan oleh Karimun kotak berkode F-10A. Mesin legendaris dari Suzuki yang sudah digunakan di Indonesia sejak 1980-an.
Mesin yang sama digunakan juga oleh Carry ST100, Jimny SJ410, Katana, dan Forsa. Tentu saja, ada ubahan komponen tertentu di masing-masing mobil menyesuaikan dengan dimensi dan kegunaannya.
Kembali ke keluhan mesin kurang bertenaga, ternyata hal tersebut tak dirasakan oleh Soebronto sebagai salah satu pemilik Karimun kotak. Sebabnya, mesin dari Karimun kotak milik Soebronto berbeda dengan mobil sejenis pada umumnya.
Mesin Karimun kotak yang sempat dia gunakan kapasitasnya 1.200 cc. Selain itu, mesin tersebut juga sudah menggunakan sistem bahan bakar injeksi, alih-alih karburator.
"Dulu waktu saya masih aktif di Indomobil, saya pakai Karimun kotak yang mesinnya 1.200 cc. Itu awalnya untuk uji coba versi kencangnya. Rencananya mau dibuat versi GT-nya dari Karimun kotak atau Wagon R Wide ini, tetapi tidak jadi," ungkapnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Soebronto tidak menjelaskan secara rinci mesin apa yang digunakan oleh Karimun kotak spesial miliknya. Tetapi, apabila ditelusuri, kemungkinan mesin yang digunakan adalah K12A yang digunakan oleh Wagon R+ atau Karimun kotak khusus pasar Eropa.
Mesin ini mampu menghasilkan tenaga 68 tenaga kuda dengan putaran mesin 6.000 RPM. Adapun, torsi maksimal yang dihasilkan mesin ini sebesar 95 Nm di 3.250 RPM.
Jika mobil yang digunakan oleh Soebronto adalah Wagon R+ sesungguhnya, tentu saja kelengkapan fitur dan aksesorisnya lebih banyak dibandingkan dengan Karimun kotak. Wagon R+ dilengkapi dengan fitur keamanan seperti airbag dan anti-lock brake system (ABS) seperti halnya mobil-mobil keluaran terbaru.
Selain itu, Wagon R+ juga tersedia dengan transmisi otomatis. Karimun kotak sendiri sejak awal peluncurannya hingga dihentikan pada 2006 hanya tersedia dengan transmisi manual 5 percepatan.
"Kencang itu 1.200 cc, kalau dulu suka saya pakai di Tol Jagorawi suka bikin orang heran dan kasih jempol. Mobil yang dikenal tenaganya kurang kok bisa-bisanya lari kencang. Mereka enggak tahu saja itu mesinnya beda," tuturnya.
Pria yang juga dikenal aktif di dunia balap reli itu tak tahu bagaimana nasib Karimun kotak spesial itu. Kemungkinan besar, mobil tersebut masih disimpan di dalam gudang milik Suzuki Indomobil Motor jika memang masih ada.
Sebagai mobil yang digunakan untuk uji coba, tentu saja surat-suratnya agak berbeda dengan surat-surat kendaraan pada umumnya. Oleh karena itu, Soebronto sangsi mobil itu masih ada dan masih bisa digunakan saat ini.
"Namanya juga mobil uji coba, surat-suratnya beda. Nah, sekarang ini entah bagaimana kabarnya. Tetapi yang jelas kalau buat dipakai di jalan umum kelengkapan surat-suratnya itu harus dibereskan," ujarnya.
Di sisi lain, Karimun kotak punya kesan tersendiri bagi Soebronto. Tidak hanya menguji coba secara langsung, dia juga ikut berperan dalam iklan mobil tersebut bersama dengan pelawak Miing pada awal 2000-an.
"Waktu itu agensinya bilang, kenapa enggak saya saja yang jadi bintang iklannya. Kan saya sudah dikenal sebagai pereli dan sudah berkecimpung lama di dunia otomotif. Saya setuju dan akhirnya jadilah iklan itu, iklan yang memasukkan pohon ke dalam mobil," kata Soebronto mengenang masa-masa itu.
Dia juga merasa sangat senang karena Karimun kotak sampai saat ini masih diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa produk tersebut sukses dan kualitasnya diakui.
"Masih tinggi harganya untuk mobil lama dan tak terpaut jauh dari harga barunya dulu di angka Rp70 jutaan. Tentu saja ini jadi kebanggaan, apalagi mobil ini perakitan atau pembuatannya dilakukan di Indonesia di Cakung dan Tambun, pabrik Suzuki," ujarnya.
Harga bekas Karimun kotak tergolong stabil sejak awal peluncurannya. Berada di angka Rp40 juta-Rp50 jutaan untuk keluaran 1999-2002 dan tipe DX keluaran 2003-2006. Sementara itu, untuk tipe GX keluaran 2003-2006 dijual dengan harga Rp50 juta-Rp70 jutaan. Perbedaan antara tipe DX dan GX terletak pada kelengkapan aksesorisnya saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Hokky Sempat Dirawat di Rumah Sakit Usai Hadapi Filipina, Dokter PSS Sleman: Sudah Membaik
Advertisement
Mengenal Coolcation dan Star Bathing, Cara Berwisata yang Bakal Tren Tahun Depan
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement